Kekhawatiran dan Peluang di Balik Gelombang Blockchain

Baru-baru ini, banyak tokoh besar di dunia internet menyatakan dukungan mereka terhadap teknologi Blockchain, yang memicu perhatian luas. Beberapa perusahaan bahkan memanfaatkan angin segar ini untuk meluncurkan bisnis terkait, dan harga sahamnya pun melonjak. Namun, di balik pemandangan yang semarak ini, terdapat banyak risiko dan kekhawatiran yang tersembunyi.

Perusahaan internet yang sudah lama berdiri menjadi yang pertama menerapkan teknologi Blockchain. Sebuah perusahaan perangkat lunak unduhan terkenal meluncurkan perangkat kecil, di mana pengguna dapat memperoleh imbalan aset digital virtual dengan menyumbangkan bandwidth yang tidak terpakai. Meskipun tujuan awalnya adalah untuk mengurangi biaya bandwidth, namun hal ini secara tidak sengaja memicu gelombang spekulasi, harga perangkat melonjak berkali-kali lipat, dan harga aset virtual terkait juga melonjak puluhan kali lipat. Harga saham perusahaan bahkan melonjak dari 4 dolar menjadi 27 dolar hanya dalam waktu dua bulan.

Terinspirasi oleh ini, banyak perusahaan mengikuti jejak tersebut. Sebuah perusahaan kamera berusia seratus tahun mengumumkan peluncuran mata uang kripto yang berfokus pada gambar, dan harga sahamnya melonjak 119% pada hari itu. Perusahaan media sosial lainnya merencanakan penerbitan 10 miliar token, dan setelah berita tersebut muncul, harga sahamnya naik hampir 76% dalam dua hari. Namun, kebahagiaan tidak bertahan lama, karena pihak berwenang segera campur tangan untuk menyelidiki, dan proyek terkait dihentikan.

Perlu dicatat bahwa sementara beberapa perusahaan mempromosikan konsep Blockchain, ada juga pemegang saham besar yang mengambil kesempatan untuk menjual saham mereka. Pengendali suatu perusahaan telah menjual hampir 500 juta yuan sahamnya selama periode ini.

Faktanya, upaya nyata untuk menjelajahi aplikasi praktis teknologi Blockchain belum mendapatkan banyak perhatian. Banyak raksasa internet telah lama menjalankan bisnis terkait Blockchain di bidang rantai pasokan, keuangan, dan kesehatan. Raksasa teknologi internasional seperti IBM, Microsoft, dan lain-lain juga sedang aktif berinvestasi di pasar layanan cloud Blockchain.

Namun, tidak ada batasan yang rendah untuk teknologi blockchain, dan penerapannya dalam skenario nyata masih membutuhkan waktu. Bahkan di bidang-bidang seperti keuangan, pertanian, dan pelacakan makanan yang paling sesuai, waktu eksplorasi teknologi blockchain relatif lama, dan prospek keuntungan masih belum jelas.

Saat ini, gelombang blockchain ini sebagian besar didorong oleh spekulasi mata uang virtual. Banyak orang yang tidak peduli dengan teknologi itu sendiri, mereka hanya berharap untuk berbagi kekayaan dengan membeli mata uang digital. Dalam situasi ini, nilai teknologi blockchain kemungkinan besar akan terikat oleh perilaku spekulatif.

Baru-baru ini, seiring dengan pengetatan regulasi dan pendinginan pasar, harga mata uang digital mengalami fluktuasi yang signifikan. Beberapa perusahaan yang mengandalkan konsep Blockchain untuk spekulasi juga mengalami penurunan harga saham. Ini memperingatkan kita untuk melihat teknologi Blockchain dengan rasional, menghindari mengikuti arus tanpa berpikir.

Bagi perusahaan yang serius mengembangkan teknologi Blockchain, jika semuanya berjalan lancar, mungkin mereka bisa mendapatkan keunggulan dalam persaingan di masa depan. Bahkan jika eksplorasi gagal, itu hanya merupakan sebuah percobaan teknologi. Risiko yang sebenarnya terletak pada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan kesempatan untuk spekulasi dan menyimpang dari bisnis utama mereka, serta investor individu yang spekulatif secara buta.

Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa setiap gelembung pada akhirnya akan pecah. Namun, sifat tamak manusia tidak pernah berhenti. Dalam bidang baru Blockchain ini, kita harus menjaga sikap inovatif yang terbuka, sambil selalu waspada terhadap risiko gelembung spekulatif. Hanya dengan cara ini, kita dapat meraih peluang nyata dalam revolusi teknologi ini.